Waktu adalah Anugerah
Di pagi yang sibuk, Dhita sedang
bergegas menuju sekolah. Hari itu adalah kali ketiga dalam seminggu ia
terlambat masuk kelas. Dhita dikenal sebagai siswa yang berbakat di bidang
akademik maupun non-akademik, namun sering mengeluh tidak punya cukup waktu
untuk menyelesaikan pekerjaan rumah dan kegiatannya. Seperti biasa, ia merasa
terburu-buru dan stres karena waktu yang terasa berlalu begitu cepat baginya.
Suatu pagi, Bapak Beny, wali kelas Dhita, memperhatikan kebiasaan Dhita yang
selalu terlambat dan memutuskan berbicara empat mata setelah pelajaran.
Di sela istirahat, Bapak Beny
menceritakan kisah perumpamaan Yesus dalam Injil Lukas 13:1-9, di mana Yesus
bercerita tentang pohon ara yang tumbuh lama namun tak pernah berbuah. Pemilik
kebun ingin menebangnya namun pengurus kebun meminta satu tahun lagi untuk
merawatnya dengan penuh kasih, berharap pohon itu mampu berbuah. Bapak Beny
menekankan, "Seperti pohon itu, kita diberi waktu dan kesempatan untuk
berbenah diri dan menghasilkan sesuatu yang berguna. Jangan sia-siakan waktu
yang dianugerahkan Tuhan."
Dhita mulai berpikir panjang atas
nasihat Bapak Beny. Sore itu ia memutuskan untuk bertanggung jawab penuh atas
waktu miliknya dan berhenti mengeluh. Ia teringat kisah Santa Theresia dari
Lisieux yang hidup sederhana namun taat dan telaten menunaikan kewajiban, walau
sering dianggap remeh. Santa Theresia menganggap setiap detik sebagai
kesempatan untuk mencintai Tuhan dan sesama, bahkan dalam hal-hal kecil.
Keesokan harinya, Dhita mencoba
menjalani hari dengan tenang dan sadar. Ia menata jadwal sederhana untuk
belajar, bermain dan aktifitas lainnya. Dhita menyadari menggunakan waktu
secara bijak bukan hanya soal menyelesaikan pekerjaan, tapi bagaimana ia
mengisi setiap detik dengan kasih. Tak hanya prestasinya di sekolah yang
membaik, tapi ia juga merasa lebih tentram menjalani hari-harinya.
Dari peristiwa ini, Dhita belajar
bahwa waktu adalah anugerah dari Tuhan. Dalam setiap detik, kita diberi
kesempatan untuk berkembang dan berbuah. Seperti kata Santo Benediktus,
"Ora et labora" mengingatkan kita bahwa dalam setiap saat, kita dapat
memberikan yang terbaik untuk kemuliaan Tuhan. Kini Dhita paham bahwa hidup
bukan tentang seberapa cepat menjalani hari, tapi seberapa baik mengisi waktu
dengan kebaikan.
"Waktu adalah
anugerah untuk bertumbuh dan berbuah, setiap detik adalah kesempatan dari Tuhan
untuk mengisi hidup dengan kebaikan."
Pertanyaan Refleksi:
- Mengapa Dhita sering merasa terburu-buru dan stres
setiap pagi?
- Apa nasihat yang diberikan oleh Bapak Beny kepada
Dhita, dan bagaimana hal tersebut mengubah cara pandang Dhita tentang
waktu?
- Bagaimana kisah Santa Theresia dari Lisieux
mempengaruhi Dhita dalam menjalani hari-harinya?
- Apa makna “waktu adalah anugerah dari Tuhan” dalam
hidup Anda, dan bagaimana hal itu bisa diterapkan dalam tindakan
sehari-hari?




(1)-100x100.jpg)